Poetry
Thousand Languages Issue 1
Oriental
Asri Nurul QodriSeorang kasir di supermarket menatap SIM-ku, lalu dia memandang wajahku,
dan SIM-ku lagi, dia tak percaya itu wajahku
yang ada di foto, mataku terlihat sipit karena aku tersenyum
terlalu lebar, memperlihatkan gigiku di kantor pembuatan SIM. Kamu aslinya terlihat seperti
orang kulit putih, dia berkata sambil meneliti fotoku
beberapa kali lagi dari berbagai sudut, jarak,
derajat cahaya yang berbeda. “Oriental”, dia bilang, sambil mengetuk-ngetuk
fotoku dengan kukunya yang palsu. Dia juluki aku
seperti halnya kita menjuluki hal-hal yang menakutkan,
seolah dia memilihku dari barisan para tersangka, dia menemukanku
bersembunyi di depan mata. Awalnya, aku ingin meminta maaf,
ingin ku jelaskan semua, ingin ku salahkan ibuku,
atau ayahku, ingin kuceritakan tentang gen dominan dan resesif,
rambut saudara laki-lakiku yang kasar, bentuk mata saudara perempuanku,
wajahku yang bundar. Kita tak bisa memilih apa yang kita warisi--
seorang pemabuk di pesta yang berpikir dia bisa
menyipitkan matanya dan mengolok-olok supir taksi keturunan Cina,
seorang mantan yang menertawaiku saat aku membeli sepeda,
lalu bertanya jika aku akan jadi buruh jasa pengiriman, seorang atasan keturunan Jepang
yang mengerutkan dahi dan menggelengkan kepalanya
ketika aku ingin bersimpati. Kemampuan kami
untuk memiliki dua sisi kehidupan tampak tak masuk akal
bagi mereka, bagi si wanita yang berucap, “oriental” berkali-kali
sebagai penegasan, bahkan setelah kujelaskan bahwa aku keturunan Korea,
seolah aku tak tahu dari arah mana matahari terbit
atau ke arah mana aku berdiri, seolah dia benar-benar meyakini
bahwa setelah transaksi selesai, aku akan kembali ke tempat parkir
dan melepaskan naga peliharaanku, lalu terbang ke arah timur, menuju angkasa luas.
Share This Indonesian Translation